Membaca Itu Tidak Penting

Seseorang pernah memberi tahu sebuah wejangan “Berpikirlah cerdas dengan menggunakan akal yg telah Alloh berikan kepadamu” .. Kalimat singkat itu adalah pembuka dari tulisan kali ini .. Tulisan ini muncul kembali di blog ini setelah beberapa dekade hening tanpa angin , sunyi tanpa api , sepi tanpa air .. Angin , api , air adalah tiga fluida yang mampu dikendalikan oleh Ang si botak cilik yang sakti .. hehe bukankah kartun masih lebih baik dibanding sinetron yang sudah dijejeli ke anak-anak zaman now? Membaca itu tidak penting , jadi berhentilah membaca tulisan ini jika pembaca meyakininya hehe

Bernostalgia sejenak .. blog ini sudah lama berhibernasi tanpa ada update apapun oleh penulis .. penulis terlalu cuek dengan blog ini ? atau terlalu sibuk dengan hal lain yang membuat tak peduli dengan blog ini ? penulis tak mau membela diri , mungkin memang ada benarnya .. tapi walau tak terawat , blog ini tak berlumut sedikit pun .. unik bukan ? jika kita bandingkan dengan sesuatu yang lain misal .. Nasi adalah hal paling sederhana yang sangat mungkin untuk muncul di pikiran kita pertama kali untuk membuat sebuah contoh .. kenapa ? karna nasi walau nampak sederhana namun tiap hari kita mengkonsumsinya , bahkan nasi tidak meminta imbalan apapun kepada kita walau sudah memberi kita tenaga , menumbuhkan kita dari balita hingga dewasa , memberi kita gizi dan mineral yang bermanfaat untuk organ tubuh kita termasuk otak kita .. justru nasi sangat berterima kasih kepada kita jika ketika kita makan kita habiskan hingga bersih .. banyak penulis temui di tempat makan , di restoran , di mana pun orang – orang makan , mereka menyisakan nasinya dan tak menghabiskannya .. nasi berkata “aku senang memberi manfaat untukmu wahai manusia, tapi kenapa kau tinggalkan saudara-saudaraku di piring itu? mereka juga ingin bermanfaat untukmu” .. jika kita memutar otak kita , menganggap nasi sebuah makhluk , bukankah kita justru senang jika membiarkannya beramal dan memberi manfaat ? bahasa milenialnya adalah win-win solution .. nasi dan kita sama-sama memperoleh nikmat .. kalau pun takaran nasi yang dihidangkan melebihi kemampuan kita , kita bisa meminta disesuaikan dengan jumlah porsi kita bukan ? kenapa jadi bahas nasi nih haha

Oke kembali ke tofik eh topik .. Oiya , kembali ke nasi lagi hehe .. seumpama nasi kita biarkan beberapa minggu , tidak kita buang , juga tidak kita makan , pastilah nasi itu basi kemudian membusuk .. begitu juga bahan organik lainnya , pasti memiliki lifetime .. bagaimana dengan bahan anorganik ? contohlah baja dan besi .. kedua logam itu mememiliki umur juga walau jauh lebih lama .. besi bisa terkorosi yang kemudian lambat laun mengikis volumenya .. lalu bagaimana dengan plastik ? plastik pun juga memiliki waktu hidup , namun cukup lama dibandingkan umur kita sebagai manusia .. namun seiring berjalannya waktu pasti plastik mengalami perubahan jika didiamkan saja dalam sekala unsur-unsur kimiawinya .. begitu juga dengan anak .. contoh ekstreme nya kita menelantarkan anak kita , kita buang begitu saja dan tak ada yang mengasuhnya .. bukan tak butuh waktu lama hingga Alloh mengambilnya kembali , tapi betapa bejatnya orang tua yang membuang anaknya .. seperti cerita-cerita dalam sinetron di siaran pertelevisian negara kita .. lagi-lagi sinetron jadi tumbal hehe .. mudah-mudahan dia tidak murka 😀

Namun adakah seorang anak yang kemudian survive ketika ditelantarkan oleh orang tuanya ? Loh , banyak bukan ? kita lihat di perempatan jalan biasanya kita temui mereka .. kita kesampingkan alasan lain kenapa mereka terlantar, anggap saja mereka sengaja ditelantarkan .. mereka survive , mereka berusaha semampu mereka dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang mereka dapat .. pernahkah kita berpikir bahwa mereka mengamen dan meminta-minta itu adalah satu-satunya wawasan untuk mencari uang yang mereka ketahui dengan kemampuan yang ada dalam diri mereka saat itu ? mereka tidak diajarkan caranya berdagang , caranya mengasah bakat yang ada dalam diri mereka , tidak diajarkan apapun oleh siapapun .. wawasan mereka begitu terbatas .. banyak dari kita yang berpikir dan berkata dalam hati “kalian masih bugar tenaga masih banyak masih muda kenapa minta-minta dan ngamen? masih banyak kerjaan lain yang bisa kalian kerjakan” .. kita terdidik , banyak wawasan dan pengetahuan kita peroleh sejak dini , kenapa berani kita membandingkan diri kita yang jauh lebih baik dengan mereka yang serba kekurangan ? apa salahnya kita memberi walau hanya seribu dua ribu? bukankah jauh lebih baik ketika kita memberi kita pun mendoakan mereka semoga Alloh menolong mereka dan memberi mereka kehidupan yang baik ?

Mari flashback ke belakang .. ini sebuah curhatan dari penulis hehe .. dulu ketika penulis memberi sesuatu ke seseorang , entah yg memerlukan ataupun yg meminta , penulis memberi dengan harapan didoakan oleh yang penulis beri , atau pun kalau tidak didoakan berharap Alloh membalas pemberian itu .. namun seiring berjalannya waktu , seiring bertambahnya usia , seiring bertambahnya pengalaman hidup , penulis merubah haluan berpikir tersebut .. penulis putar 360 derajat eh 180 derajat makna memberi tadi dengan makna baru .. pokoknya ketika penulis memberi apapun bisa berupa tenaga , uang , jasa atau apapun kepada seseorang , penulis tak mengharap apapun .. penulis justru akan mendoakan mereka semoga apa yg penulis beri mampu memberi manfaat .. kalau pun tidak , semoga Alloh yang akan memberi kemurahanNya untuk mereka dengan cara yang Dia kehendaki ..

Gara – gara “anak” jadi kemana-mana nih pembahasan kali ini .. makin lama “Membaca itu tidak penting” makin benar adanya ya hehe .. sebelum kembali ke pembahasan , lalu bagaimana dengan blog ini ? apakah blog ini memiliki unlimited lifetime ketika ditinggal dan ditelantarkan begitu saja ? nyatanya sudah berabad-abad penulis tinggal masih saja seperti ini tampilannya , tidak berubah sedikit pun .. penulis jawab singkat saja , blog ini merupakan jasa dari wordpress , anggaplah wordpress itu sebuah institusi , selama institusi ini berdiri blog ini pun akan tetap seperti ini .. kalau pun wordpress ini sudah paten , sudah bersifat abadi keberadaannya , lantas blog ini pun akan abadi ? begitu hebatnya pencipta internet bukan ? dunia maya karya dia ini begitu bermanfaat bagi kehidupan manusia .. sungguh amal jariyah yang begitu panjang umurnya .. entah mampu bertahan berapa lama lagi “internet” ini akan bertahan di kehidupan ini ..

Beberapa waktu lalu penulis berbincang – bincang dengan seorang sahabat .. gara – gara internet tadi penulis jadi teringat sebuah pembicaraan kami kala itu .. penulis bercerita kepada sahabat itu tentang sebuah video yang penulis lihat di youtube tentang pertanyaan seseorang .. seseorang itu bertanya “bagaimana cara kita mencintai Rosululloh? kan kita tak pernah berjumpa dengan beliau” .. kemudian seseorang menjawab dengan jawaban cerdasnya “loh, kalau kamu ga bisa mencintai Rosululloh , orang seperti apa lagi yang mau kamu cintai? Rosululloh itu begitu baiknya, sifatnya begitu mulia, begitu penyabar, begitu penyayang, begitu menenangkan kata-kata dan perilakunya .. kalau manusia yg seperti itu saja kamu tak mencintai , trus kamu mau mencintai orang yang kaya gimana?” .. Spontan penulis terdiam mendengar kalimat-kalimat yang muncul dari bibir seseorang itu .. “aku tak pernah berpikir sejauh itu” ungkap penulis dalam hati .. jika penulis putar otak , begitu benarnya jawaban ini .. penulis pernah mencintai seseorang namun tak ada apa-apanya dibanding Rosululloh , kadang marah , sebel , dan lain sebagainya yang membuat penulis duduk termenung dan bertapa dalam kegelapan hehe .. memang benar , kita mencintai istri atau suami kita , yang notabene banyak kekurangan , mana mungkin kita tak mencintai Rosululloh yang begitu jauh lebih istimewa dalam segala hal ? Sahabat penulis tadi menanggapi dengan sudut pandang berbeda .. Dia menjabarkan begitu Rosululloh itu tak terputus amal jariyahnya .. ajaran – ajaran beliau berlaku sepanjang zaman tak terputus .. tak ada manusia lain yg amal jariyahnya sebanding dengan Rosululloh .. penulis memperoleh ilmu wawasan baru dari sahabat ini .. terima kasih, wahai sahabat ..

Mungkin intermeso di atas sudah cukup panjang .. kita kembali ke judul tulisan ini “Membaca Itu Tidak Penting” .. ya itu memang benar , membaca sangatlah tidak penting .. namun kata pertama yang diajarkan oleh Rosululloh adalah “Iqro'” yang artinya bacalah .. berarti penulis sesat nih ? haha kalau penulis sesat penulis berharap diluruskan jalannya oleh para pembaca 😀

Iqro’ artinya adalah bacalah .. bukan membaca .. bacalah dan membaca mememiliki konteks yang berbeda .. orang yang membaca belum tentu berlaku “bacalah” di dalam dirinya ketika itu .. mari kita analogikan sejenak .. sejak kita sekolah dulu , masih ingatkah pembaca bahwa guru-guru kita dulu menyuruh kita untuk membaca ? “sering-sering membaca buku ya, anak-anak! jangan lupa membaca ya biar pinter!” dan lain sebagainya bentuk-bentuk kalimat seru yang guru kita sampaikan ke kita .. namun di sisi lain guru kita juga bilang “bacalah tulisan di papan tulis , bacalah buku ini halaman sekian!” dll .. waktu itu sebagai anak-anak kita hanya nurut tanpa berpikir panjang dan memaknainya .. pokokmen mbaca aja yang disuruh .. waktu itu guru-guru kita menyuruh kita untuk membaca agar kita paham , bukan sekadar berhafal .. namun tak sedikit dari kita yang hanya membaca untuk sekadar hafal , termasuk penulis kala itu hehe .. bukan membaca untuk benar-benar memahami dan menghayati .. namun , ketika kita sekolah kita tak disuruh untuk membaca alam dan seisinya (seingat penulis) .. mungkin itu PR bagi para guru tanah air kita .. “Anak-anak, bacalah alam dan seisinya yang ada di dunia ini ya! Bacalah dan khayatilah dan perhatikan apa yang kalian temui dan dapatkan dari sana!” .. Indah bukan ?

Membaca itu tidak penting .. ya , memang benar .. jika membaca hal-hal negatif yang kurang atau bahkan tidak bermanfaat atau bahkan memberi kerugian dan dampak buruk bagi kita .. membaca mengandung arti yang sangat luas , membuahkan hasil yang tidak sempit .. membaca menjadi tidak penting jika disempitkan artinya , diludeskan maknanya (diludeskan itu apa ya bahasa indonesianya hehe) .. apa yang bisa kita baca tidak hanya tulisan , kita diberi mata untuk membaca banyak hal .. bahkan membaca tidak hanya dengan mata .. kita punya panca indra untuk membaca .. bahkan ada yang kelebihan indra , dikasih indra keenam hehe .. semua indra itu kita gunakan untuk membaca .. bahkan hanya dengan mata pun kita mampu membaca banyak hal .. dengan mata kita mampu membaca karakter orang , membaca cuaca , membaca tanda-tanda tertentu misal mau turun hujan atau tidak .. dengan mata pun kita mampu membaca situasi .. ketika di jalan kita melihat jalan yang kita lewati macet , mata kita membaca “oh berarti ada penyebabnya sampai bisa macet” .. ketika sedang berlibur , menikmati alam , perbukitan nan rindang lagi hijau , pantai yang biru dengan ombak-ombaknya yang bersiul-siulan satu sama lain , taman yang indah dengan berbagai canda tawa keluarga , mata kita membaca berbagai hal dari semua itu .. betapa indahnya alam ini , betapa syahdunya mereka bersama dengan keluarga mereka ..

Mata kita melihat , akal kita mencerna , hati kita merasakan .. itulah makna “iqro'” atau “bacalah”.. begitu juga dengan 4 atau 5 panca indra yang lain .. namun ada beberapa dari kita yang diberi kekurangan , salah satu panca indranya kurang atau tidak berfungsi .. jika iqro’ bermakna membaca , lantas bagaimana dengan mereka yang diberi kekurangan tidak mampu melihat ?

Di tempat kerja kita melihat dan mengetahui rekan kerja kita melakukan kesalahan atau kekeliruan .. banyak dari kita yang membaca situasi itu untuk menjatuhkan kolega kita demi kepentingan pribadi .. di dunia politik kita sudah banyak mendengar .. bahkan sekarang di dunia peryutuban pun hal-hal semacam itu sudah bukan menjadi “pizza” bagi penulis .. maksudnya sudah bukan jadi hal yang jarang ditemui hehe (karna penulis jarang sekali makan pizza) .. saling mencemooh satu sama lain , saling mencari kesalahan , saling menginjak-injak , saling memfitnah , saling beradu ketenaran , yang semua itu tak pernah menemui jalan buntu atau dalam kata lain tak berujung dan tak pernah selesai .. ketika teman kerja kita salah atau keliru , kita jatuhkan demi kenaikan pangkat .. ketika itu akal kita jalan , namun di jalan yang sesat hehe .. namun hati kita tidak jalan .. itulah contoh “Membaca itu tidak penting” .. jika hati kita ikut jalan berdampingan , bukankah akan lebih baiknya kita bantu teman kita dengan memperbaiki kesalahannya  atau memberinya contoh yang benar sehingga kita bisa naik pangkat sama-sama ? penulis ingat ucapan seseorang yg istimewa di hidup penulis “aku ora gelem mlebu suwargo dhewe , nek iso yo ayo mlebu suwargo bareng-bareng” .. kata-kata itu pun berlaku untuk berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari kita .. di dunia kerja ada istilah “persaingan bersih” .. ya itu benar .. itu equal dengan istilah “fastabiqul khoirot” atau berlomba-lomba dalam kebaikan .. jadi tidak ada salahnya kita bersaing untuk berprestasi , namun jadi salah jika kita kemudian membanggakan prestasi kita .. pertanyaannya sekarang adalah prestasi yang seperti apa yang ingin kita persaingkan ? apakah hanya sebatas prestasi kerja yang bersifat intelektual atau juga prestasi-prestasi lain yang sifatnya hablum minannas ?

Masih ada seribu satu contoh kasus membaca yang terjadi di kehidupan kita sehari-hari .. baik dengan mata , telinga , hidung , lidah , kulit maupun indera keenam .. semoga kita dijadikan insan yang senantiasa membaca segala hal disertai dengan akal dan hati .. Aamiin Ya Alloh ..

Akhir kata…

Hidup adalah “bacalah” bukan sekadar “membaca”

To be continue…

Beberapa hari lalu penulis memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan baru tentang makna iqro’ lebih mengkalbu lagi.. Berdasarkan sejarah iqro’ adalah kata pertama yang disampaikan oleh Alloh kepada Rosululloh.. Kala itu di dalam gua hiro Rosululloh menyendiri, tak ada satu orang lain pun di sana.. Malaikat jibril datang menyampaikan wahyuNya “iqro'”, wahai Muhammad..

“Bacalah”, wahai Muhammad.. Muncul pertanyaan, apa yang harus Rosululloh baca saat itu? Bukankah beliau tidak bisa baca tulis? Kejadian ini bisa kita jadikan alasan untuk memanfaatkan akal yang sudah diberikan kepada kita.. Otak kita bekerja memaknai kejadian ini, akal kita memutar hati..

Salah satu tafsir yang begitu mengkolbu yang penulis dengar beberapa hari lalu adalah “bacalah dirimu, hai Muhammad”.. Apa maksud bacalah dirimu di sana? Dalam islam ada sebuah istilah “man arofa nafsahu faqod arofa robbahu”.. “Barang siapa mengenal dirinya maka mengenal tuhannya”..

Itu baru salah satu tafsir dari satu kata Al Quran.. Dan ribuan tafsir bisa muncul karena kita diberi kebebasan menggunakan akal kita.. Lantas siapa yang benar dari sekian banyak tafsir itu? No no no.. Tak perlu diperdebatkan siapa yang benar siapa yang salah.. Yang perlu digarisbawahi adalah selama tafsiran kita memberi manfaat kebaikan untuk kita, menjadikan kita lebih manusia, mengingatkan kita pada Sang Pencipta, semua tafsir itu baik sifatnya..

So…. Bacalah dirimu!